Menurutku, ada hal yang sangat menarik ketika melihat bagaimana teknologi dan kepedulian terhadap lingkungan bisa berpadu menjadi sesuatu yang nyata dan berdampak. Salah satu contohnya adalah QYOS sebuah inovasi sederhana tapi luar biasa yang muncul di tengah hiruk pikuk Jakarta.
Bukan sekadar startup, QYOS menurutku adalah bentuk nyata dari harapan baru: harapan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil, bahkan dari satu tetes sabun cair yang diisi ulang.
Konsep refill station sebenarnya bukan hal yang asing. Di luar negeri, sudah banyak tempat yang menyediakan fasilitas isi ulang air minum atau bahan kebutuhan rumah tangga. Tapi di Indonesia, terutama di kota besar seperti Jakarta, konsep ini masih tergolong baru. QYOS hadir untuk menjembatani hal itu. Bukan untuk air minum, melainkan untuk keperluan sehari-hari seperti sabun cuci piring, sabun cair, dan deterjen. Kedengarannya sederhana, tapi dampaknya besar sekali.
QYOS didirikan pada tahun 2020 oleh Fazrin Rahman, seorang anak muda yang terinspirasi untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai melalui cara yang praktis dan bisa diakses masyarakat luas. Ia bekerja sama dengan Enviu, perusahaan sosial yang fokus pada inovasi berkelanjutan. Dari situlah lahir sebuah program bernama Zero Waste Living Lab, laboratorium hidup yang mendorong ide-ide ramah lingkungan agar bisa benar-benar diterapkan di masyarakat.
Bayangkan, di tengah kebiasaan kita membeli sabun dalam botol plastik baru setiap kali habis, QYOS justru menawarkan solusi berbeda: cukup bawa wadah sendiri, lalu isi ulang di mesin otomatis yang mereka sediakan. Tak hanya hemat, tapi juga mengurangi tumpukan botol plastik yang berakhir di tempat sampah. Dari data yang pernah mereka rilis, kolaborasi QYOS bersama brand besar seperti Unilever bahkan mampu mengurangi penggunaan plastik sekali pakai hingga 400 kilogram dalam satu tahun. Itu luar biasa.
Awalnya, QYOS hanya memiliki dua unit di Kalibata City dan BSD Modern Market. Di sana mereka menyediakan produk-produk dari brand terkenal seperti Mama Lime, Nuvo, dan So Klin. Tidak butuh waktu lama, konsep ini menarik perhatian publik dan bahkan perusahaan besar mulai melirik potensi kolaborasi. Salah satunya adalah Unilever, yang kemudian turut serta dalam kampanye besar bernama #REFILLlution revolusi isi ulang untuk mengajak masyarakat mengubah kebiasaan konsumsi mereka.
Selama tahun 2021, QYOS tidak hanya tumbuh sebagai startup, tapi juga mencatat berbagai prestasi di tingkat nasional dan regional. Mereka menjadi Grand Winner Youth ASEAN Youth Social Innovation, serta menjadi finalis di berbagai ajang seperti Circular Jumpstart, SheLovesTech, SheStarts.id, dan Endeavour Indonesia Nurture to Scales. Prestasi ini bukan hanya menunjukkan kualitas ide mereka, tapi juga seberapa besar kepercayaan komunitas internasional terhadap inovasi yang lahir dari anak muda Indonesia.
Namun, perjalanan QYOS tidak selalu mulus. Pada tahun 2022, dua unit pertama mereka di Kalibata dan BSD terpaksa ditutup. Banyak startup mungkin akan menyerah di titik itu. Tapi QYOS tidak. Mereka bangkit kembali dengan semangat baru, bahkan menggandeng brand global lain seperti Nestlé untuk memperluas titik refill di Jakarta Selatan dan Tangerang. Kini, mesin QYOS bisa ditemukan di tempat-tempat strategis seperti Naga Swalayan Simatupang dan Farmers Market Summarecon Mall Serpong.
Hal yang paling menarik bagiku bukan hanya soal teknologi isi ulangnya, tapi tentang cara QYOS membuat kita sadar: bahwa perubahan gaya hidup ramah lingkungan bisa dimulai dari hal kecil yang kita lakukan setiap hari. Dengan isi ulang sabun, kita tidak hanya menghemat uang pelanggan bisa mendapat harga 25% lebih murah dibandingkan harga pasaran tapi juga berkontribusi nyata terhadap pengurangan sampah plastik.
Aku sempat berpikir, bagaimana kalau konsep seperti QYOS ini bisa diperbanyak lagi? Bayangkan jika di setiap kota besar ada refill station seperti ini, mungkin tumpukan botol plastik yang kita lihat di tempat pembuangan sampah akan jauh berkurang. Karena jujur saja, sebagian besar plastik yang kita buang tidak benar-benar didaur ulang. Banyak yang berakhir di sungai, di laut, bahkan terbakar di udara yang kita hirup. Maka ketika ada inovasi seperti QYOS yang menawarkan solusi nyata, rasanya sayang kalau tidak didukung.
Tahun 2024 menjadi tonggak baru bagi QYOS dan Fazrin Rahman. Mereka berhasil meraih Apresiasi SATU Indonesia Awards dari Astra, sebuah penghargaan bergengsi yang diberikan kepada anak muda yang memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Fazrin terpilih mewakili DKI Jakarta bersama empat tokoh inspiratif lainnya. Capaian ini, menurutku, bukan hanya kemenangan pribadi, tapi juga simbol bahwa inovasi berkelanjutan bisa diakui dan diapresiasi luas.
Yang paling menyentuh, QYOS tidak hanya bicara soal bisnis. Mereka rutin mengadakan talkshow dan diskusi online bertema pengolahan limbah dan keberlanjutan. Dalam dua tahun kampanye #REFILLlution saja, ada tujuh sesi talkshow yang menghadirkan berbagai pembicara ternama. QYOS benar-benar menunjukkan bahwa mereka tidak hanya menjual produk, tapi juga membangun kesadaran dan komunitas.
Kini, setiap kali aku melihat botol sabun di rumah, aku jadi teringat QYOS. Terpikir, betapa kecilnya upaya yang dibutuhkan untuk membawa botol kosong ke stasiun isi ulang, tapi betapa besarnya dampak yang bisa kita hasilkan jika semua orang melakukan hal yang sama.
Menurutku, QYOS bukan sekadar startup mereka adalah pengingat bahwa perubahan besar bisa dimulai dari satu tindakan kecil, dari satu isi ulang sabun cair yang sederhana. Dan jika semakin banyak orang mendukung gerakan seperti ini, mungkin kita benar-benar bisa melihat Indonesia yang lebih bersih, lebih hijau, dan lebih bijak dalam menggunakan plastik sekali pakai.
Karena sejatinya, bumi ini tidak butuh kita jadi sempurna. Ia hanya butuh kita mau mencoba. Dan QYOS telah memulainya.
#APA2025-PLM